Kunjungan Turunan Brawijaya V Ini, Ke Pure Agung Besakih Dapat Restu Ortunya, Agus Flores Buat Rakernas, Minta Restu Trimurti Penjaga Alam di Bali

 

Denpasar – dppkpktipikor.com Sosok Turunan Raja Prabu Brawijaya V Ini Raden. Mas MH Agus Rugiarto SH., MH, yang biasa Haji Agus Flores tidak bernyanyi lagi, dikalangan Jendral Di Mabes Polri.

Ketua Umum pandai menghimpun Wartawan cinta dan kesetiaannya ke Polri ini, dihari Ke Lima di Bali mengunjungi ke tanah leluhurnya zaman Majapahit, di Pura Agung Besakih Karang asem untuk berpamit ke tanah leluhurnya di Bali.

“Saya salah kemarin, minta maaf kepada Leluhur, seharusnya saya sampai ke Bali, harus minta restu leluhur, ” ujar Agus ke Awak Media.

Putra ketiga Pasangan R Kusnandar Sunyoto Hadinoto (Jawa Timur) dan Martha Adrias Ade (Flores NTT) ini selalu hidupnya panut dengan izin Tuhan.

 

Bekerja dipenuhi dengan Doa-doa. Lakukan proses napak tilas di Pure Agung Besakih didampingi Ketua DPW PW Fast Respon Bali, I Made Arda Oka.

 

I Made Arda Oka juga menyambut apresiasi kunjungan Ke Murni Agung Besakih.

 

Arda Oka menyampaikan, sempat mengunjungi pula, Pejabat Negara, untuk meminta restu, termasuk Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Fast Respon Agus Floureze.

 

“Semoga Tuhan Semesta Alam memberkahi Rakernas ini,” ujar Arda.
Minggu ” 17/11/2023 .

 

Dikonfirmasi pula, Ayah tercinta Agus Flores, Yakni R Kusnandar Sunyoto Hadinoto.

 

Menurutnya, cucunya merupakan keturunan leluhur dan nenek nenek moyangnya, sehingga dia pula menyarankan agar ke Murni Agung Besaki, untuk meminta kepada leluhur dari garis keturunan Prabu Brawijaya V, merestui anaknya yang berada di Bali.

 

“Saya yang suruh anakku , agar hajatnya, minta restu dari leluhurnya disana, biar Tuhan Berkahi acara Rakernasnya,” tegas Ayah Raden Kusnandar tersebut.

 

Seorang Ayah Agus Flores menjelaskan, cucu bagian dari darah majapahit wajar penurut terhadap nenek neneknya.

 

Selain itu tim Wartawan, Mengkonfirmasi kepada pemandu Wisata Pura Agung Besakih menceritakan kisah ini.

 

Yuk kita simak cerita sejarah pura besakih”

 

Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, yang berjarak 52,1 km gadari Renon. Pura Besakih berada di lereng sebelah barat Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali. Letak Pura Besakih sengaja dipilih di desa yang dianggap suci karena letaknya yang tinggi, yang disebut Hulundang Basukih yang kemudian menjadi Desa Besakih.

 

Nama Besakih diambil dari Bahasa Sanksekerta, wasuki atau dalam bahasa Jawa Kuno basuki yang berarti selamat.

 

Selain itu, nama Pura Besakih didasari pula oleh mitologi Naga Basuki sebagai penyeimbang Gunung Mandara.

 

Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Disebut induk pura karena Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali

 

Pura Besakih dibangun tahun 1284 oleh Resi Markandeya yang merupakan seorang pemuka agama Hindu keturunan India.

 

Resi Markandeya membangun Pura Besakih karena mendengar suara gaib ketika bermeditasi di dataran tinggi Dieng.

 

Ia dan pengikutnya pun sampai membelah hutan di Jawa untuk sampai ke pulau Bali. Konon di kala itu belum terdapat selat Bali seperti sekarang, karena pulau Jawa dan pulau Bali masih menjadi satu dan belum terpisahkan oleh lautan.

 

Karena saking panjangnya pulau yang kita sebut sekarang dengan sebutan pulau Jawa dan pulau Bali, maka pulau ini di beri nama pulau Dawa yang artinya pulau panjang.

 

Banyaknya peninggalan zaman megalitik, seperti menhir, tahta batu, struktur teras pyramid yang ditemukan di kompleks Pura Besakih menunjukkan bahwa sebagai tempat yang disucikan nampaknya Besakih berasal dari zaman yang sangat tua, jauh sebelum adanya pengaruh agama Hindu.

 

Pura Besakih saat ini selain menjadi tempat persembahyangan untuk umat hindu juga menjadi tempat wisata karena memiliki sejumlah daya tarik, selain keindahan alamnya juga karena dekat dengan beberapa tempat wisata yang sedang hits di Bali saat ini, seperti Taman Bunga Edelweis, Taman Jinja Bali (Taman unik ini menggunakan konsep ala Jepang )

 

Saat ini kawasan Pura Besakih dalam tahap penataan. Penataan dilakukan sebagai upaya perlindungan kawasan cagar budaya Pura Agung Besakih yang merupakan destinasi wisata kelas dunia. Sering terjadi apabila adanya upacara besar di Pura Besakih maka akan sangat ramai pengunjung untuk beribadah, sehingga untuk mengantisipasinya dibuat alur masuk dan keluar yang berbeda, sehingga tidak ada penumpukan, termasuk sirkulasi jalan untuk kendaraan akan diatur.

 

Penataan Pura Agung Besakih dilakukan oleh Kementerian PUPR melalui Ditjen Cipta Karya dengan mekanisme rancang dan bangun (design and build) meliputi Area Manik Mas berupa gedung parkir setinggi 4 lantai seluas 55.201 m2 berkapasitas 66 unit bus, 1.369 unit mobil, 18 unit kios besar, dan 12 unit kios kecil. Kemudian penataan Area Bencingah berupa pembangunan kios pedagang sebanyak 358 kios dengan luas total bangunan 7.587 m2 meliputi 196 kios besar (berukuran 4 m x 6 m) dan 162 kios kecil (berukuran 2,5 m x 3 m)” tutupnya.

 

Sby