SEBUAH CATATAN PINGGIR “Kenduri Swarnabhumi-Lek Nagroi 150 Tahun Masjid Agung Pondok Tinggi”

JAMBI, dppkpktipikor.com – Rangkaian acara Kenduri Swarnabhumi-Lek NAGROI 150 tahun Masjid Agung Pondok Tinggi, yang digelar pada hari Sabtu, Minggu dan Senin, 14, 15 dan 16 September 2024 telah berakhir. Acara tersebut sukses luar biasa serta mendapatkan sambutan luar biasa dari semua lapisan masyarakat adat Depati Payung Pondok Tinggi, Kota Sungai Penuh, bahkan Alam Kerinci secara keseluruhan. Walaupun ada hal-hal minor disana-sini, tapi itu adalah hal yang biasa. Karena sejatinya tidak ada yang sempurna.

Hal-hal minor tersebut ditambah pula tindakan-tindakan yang sembrono dan gegabah, yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu, yang memaksakan pengikut-sertaan Walikota Sungai Penuh pada setiap event acara. Padahal secara formal, Walikota Sungai Penuh sudah diberikan ruang dan pentas untuk pembukaan acara pada tgl. 14 September 2024. Jangankan untuk kegiatan yang didanai oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud RI, acara yang diswadayai oleh masyarakat adalah lazim pejabat publik diundang untuk membuka acara. Tapi sangat janggal dan jarang terlihat seorang pejabat publik begitu “semangat” mau ikut serta dalam setiap even yang digelar 3 hari 3 malam tersebut. Memangnya walikota tidak ada pekerjaan lain mengurus kota dan warga Sungai Penuh?

Dalam hal ini jelas sekali terlihat dimata publik, bahwa ada kepentingan politik praktis yang berusaha menunggangi acara Lek Nagroi 150 tahun Masjid Agung guna menyongsong Pilkada Serentak di November 2024.

Foto-foto dan video keikutsertaan Walikota Sungai Penuh tersebut, tepatnya Ahmadi Zubir, tersebut kemudian “digoreng” dan “diframing” sedemikian rupa oleh tim suksesnya, yang mencitrakan bahwa Ahmadi Zubir diterima dan Pondok Tinggi bahagia karenanya.

Apakah betul demikian? Siapa yang tahu apa isi hati masyarakat Pondok Tinggi, walau digiring, dipengaruhi sedemikian rupa oleh tulisan-tulisan guna membangun citra Ahmadi Zubir di medsos tersebut guna kepentingan politik? Publik sudah cerdas dalam berpolitik dan berdemokrasi. Apalagi, masyarakat bisa menilai, bahwa propaganda yang dilakukan membangun citra positif Ahmadi Zubir, ternyata dilakukan oleh orang-orang yang sudah diketahui kualitas, kredibilitas dan jejak rekam politiknya. Singkat kata, pekerjaan tsb hanya dilakukan oleh para oportunis, yang mulutnya terbuka lebar untuk berteriak, dengan harapan setelah berteriak mulut itu akan disuap oleh junjungannya agar perutnya kenyang.

Justru kenyataannya propaganda yang menunggangi Lek Nagroi telah menyakiti perasaan masyarakat Pondok Tinggi. Bahkan tanpa disadari, bahwa propaganda yang dibuat untuk membangun citra, justru telah menjerumuskan Ahmadi Zubir. Semakin digencarkan, maka penolakan kepada Ahmadi Zubir akan semakin kental dan pekat dalam dada masyarakat. Saya hanya bersaran pendapat. Biarkan proses demokrasi berjalan mengikuti alur dan patutnya. Janganlah kita menjerumuskan orang dan menganiaya diri sendiri.

Kita kembali kepada pangkal cerita…

Sekira pada bulan Maret 2024, ada sebuah WA group yang dibuat oleh ananda Rio Hendri Linur Pati. Ikut sebagai adminnya kemanakan/adinda Ade Saputra. Namanya Forum Kebudayaan Pondok Tinggi. Banyak tokoh-tokoh adat dan Kebudayaan yang bergabung di dalamnya. Saya pribadi, selaku peminat kajian dan pengembangan sejarah dan kebudayaan Alam Kerinci, juga dimasukkan kedalamnya.

Bahasan pokok awal dalam WAG itu semula adalah keprihatinan atas rusaknya persatuan dan kesatuan Pondok Tinggi-yang terkenal sejak dulu, terobek-robek oleh kepentingan politik praktis. Kemudian isu bergulir dan berkembang, adalah bagaimana membuat forum, atau lembaga yang serius dalam pengkajian dan pengembangan Kebudayaan Kerinci, khususnya di Dusun Tinggai Pandan Mangurai-Pondok Tinggi.

Kemudian pada awal bulan April 2025, dalam. WAG tersebut kakanda Januarisdi Didi mencetuskan ide dan menulis sebagai berikut, “Perlu kita ingat, bulan Juni 2025 nanti, Masjid Agung tepat berumur 150 tahun. Apa yang bisa kita perbuat..?” Tidak sampai beberapa menit, dijawab oleh Mamanda *Dpt. Hasril Meizal, “Ineh nyo.. Ineh niya kendok tai…… Kitao mena Lek Nagroi. Manan niya caro..”*

Tanggapan positif dan antusiasme muncul. Selanjutnya proses bergulir sedemikian rupa. Melibatkan Lembaga Adat Depati Payung Nan Sekaki Pondok Tinggi, Dewan Depati 11 Perut, Ninik Mamak Berempat Permenti Batigo, Imam Pegawai Berempat dan tokoh-tokoh lain. Diantaranya kakanda Dpt. Satmarlendan, Dpt. Hendripal, Dpt. Iwan Sastro dan banyak lagi yang lain yang tidak bisa disebut satu persatu. Banyak rapat diadakan. Juga dilakukan beberapa kali zoom meeting dengan keluarga Pondok Tinggi di luar daerah. Pada intinya gawe Lek Nagroi ini diusahakan oleh semua anak negeri dengan apa yang bisa mereka lakukan. Partisipasi aktif dari bawah ke atas (bottom up) muncul. Karena tergerak oleh “rasa” yang bergelora di dalam dada dan dalam berkesadaran penuh untuk membangkitakan *”baton tarenda, ndok ngidut pitlah ngan lamao”.* Rasa dan tindakan yang lahir karena tersentuh jati dirinya sendiri. Itulah kehebatan Kebudayaan dan sejarah.

Satu hal pokok yang menjadi pegangan dan tujuan semua orang saat itu, yakni;

Acara Lek Nagroi 150 tahun Masjid Agung (1874-2025) dijadikan momentum untuk *”membangkitkan persatuan dan kesatuan Pondok Tinggi* , dengan membangkitkan ‘rasa’ yang sejati di dalam dada setiap insan Pondok Tinggi melalui pemakaian dan pengembangan budaya jati sendiri.” Tentu saja dalam hal ini, walau Pondok Tinggi adalah sebuah entitas adat, tapi ianya adalah bagian dari masyarakat adat Depati Nan Bertujuh Tanah Mendapo Sungai Penuh, bagian dari Alam Kerinci.

Karsa dan rasa yang muncul dari latar belakang dan tujuan Lek Nagroi dalam kata-kata; *”Bangkoik ka Insan, Kunaon Lantak, Tageuh Padumua.”*

Saat rapat maupun zoom meeting, berbagai materi acara yang akan ditampilkan disampaikan oleh peserta rapat. Alhamdulillah, apa yang disampaikan, semuanya bisa dirangkum dan ditampilkan dalam semua sesi acara Lek Nagroi tsb. Kemasan acara yang spektakuler tersebut tidak terlepas dari pengalaman kakanda Januarisdi yang puluhan tahun aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan Kebudayaan di Sumatra Barat.

Walau acara Lek Nagroi -150 tahun Masjid Agung adalah acara festival kebudayaan, tapi tetap berbalut dan tidak bisa dipisahkan dari “ruh” sakral “adat jati” yang ada di Dusun Tinggai Pandan Mangurae. Kita bisa melihat bagaimana proses “ajun arah” dan “kenduri padang” betul-betul sakral. Bahkan pada prosesi naheik pamauw. Warna asli orang Kerinci pertamakali, “hitam” dan “putih” yang syarat makna muncul pada hiasan anjung mahligai acara di Larik Tengah. Penggunaan kostum tradisi seperti yang diwariskan oleh para leluhur semarak muncul di gelanggang acara. Hal ini tersebut tidak lepas dari rancangan Dpt. Hasril Maizal, seorang pemangku adat dan budayawan Kerinci-yang saat ini sedang dipromosikan sebagai Maestro Tradisi Lisan Kerinci yang diakui oleh Negara.

Dinamika terjadi dan terus berkembang. Dalam perjalanannya, acara Lek Nagroi yang semula dirancang mencari dana/dibiayai oleh pemerintah pusat dan sponsor yang tidak mengingat (tidak meminta biaya masyarakat), berkaitan dengan Kenduri Swarnabhumi yang juga merupakan program pemerintah pusat dan mengamanatkan kepada pemerintah daerah / Pemkot Sungai Penuh harus memyokong acara tsb dan akan menjadi salah satu indeks penilaian kinerja pemerintah daerah. Sudah semestinya Pemkot Sungai Penuh berterima kasih kepada masyarakat adat Depati Payung yang telah memberikan nilai positif bagi kinerjanya.

Dalam pembiayaan kegiatan, pemerintah pusat share 65% dan Pemkot Sungai Penuh 35%. Dana dari pusat Rp. 200 juta disalurkan langsung ke komunitas adat Depati Payung Pondok Tinggi. Komunitas adat Depati Payung adalah satu-satunya komunitas adat yang menerima dana langsung (tidak melalui pemerintah daerah) dalam event Kenduri Swarnabhumi 2025 yang digelar diberbagai Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi dan Sumatra Barat.

Konon kabarnya, dana sharing dari Pemkot Sungai Penuh yang 35% sampai sekarang belum dicairkan, ataukah ada mereka anggarkan. Wallahualam bissawab…

Tapi yang jelas, antusiasme masyarakat Pondok Tinggi khususnya dan Kota Sungai Penuh terhadap acara Lek Nagroi 150 tahun Masjid Agung terlihat dari sambutan luar biasa. Jika kita tilik dari nilai ekonomi yang muncul dari acara tersebut, maka nilai swadaya masyarakat dalam bentuk pengadaan bahan makanan, bahan pakaian, bahan bakar, asesoris, dsb diperkirakan tidak kurang dari 1 Milyar Rupiah. Belum lagi kehadiran orang-orang dari luar daerah yang datang ke kota Sungai Penuh untuk ikut dan menyaksikan acara Lek Nagroi, tentu saja selain nikai sosial, juga memberikan dampak positif kepada pekonomian di Kota Sungai Penuh.

Dapat disampaikan disini, jika ada keluarga tangis dan air mata yang jatuh pada acara Lek Nagroi ini, yang ada adalah tangis dan air mata haru atas persatuan dan kesatuan Pondok Tinggi dan mengenang keluhuran budi nenek moyang parbokalo yang mengajarkan semangat persatuan dan kesatuan disaat menegakkan Masjid Agung Pondok Tinggi 150 tahun yang lalu.

Dimana disaat itu, disaat menegakkan Masjid Agung, mereka tidak hanya sebatas; “membuat titian mambang ke gunung, menegakkan tangga peri ke langit, menegakkan Masjid berpuncak satu berempat jurai dalam Dusun Tinggi Pandan Mangurai,”…….. Tetapi juga berdoa meminta kepada Tuhan Yang Satu, agar dengan adanya Masjid Agung Pondok Tinggi, “Anak cucu anak puyang dikemudian hari bertuah hendaknya. Marwah negeri pun hendaklah dapat dianjung tinggi… “

Alhamdulillah, pihak Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan penghargaan yang tinggi dari substansi, pengemasan dan pelibatan masyarakat adat secara penuh pada Kenduri Swarnabhumi-Lek Nagroi 150 tahun Masjid Agung. Sehingga masyarakat adat Depati Payung Nan Sekaki dipromosikan untuk mendapatkan hibah program pemajuan kebudayaan melalui program INDONESIANA, dimana dananya lebih besar, dapat mencapai milyaran rupiah dan itu langsung dikucurkan kepada masyarakat adat Depati Payung Pondok Tinggi.

Semoga, tahun 2025 kita berkumpul lagi dalam acaara Lek Nagroi 151 tahun Masjid Agung, dalam suasana yang jauh lebih meriah, penuh haru dalam bingkai persatuan dan kesatuan, dalam suasana Kota Sungai Penuh baru dan maju.

Semoga….

Penulis : Bopi Cassia Putra